Olahraga Itu Kegiatan Terukur Dan Terukir
Kepri, September 2025.
Olahraga Itu telah di payungi oleh UU sistem keolahragaan Nasional yang mana masyarakat dan pemerintah serta lainnya ada kesepakatan dan kesepahaman dalam hal memajukan olahraga dengan membekali skil terlatih.
Tapi tidak Semua wilayah dikepri bupati dan walikota nya mendukung tentang pemajuan olahraga di berbagai cabor yang ada,kadangkala kegiatan olahraga sering mati Akibat penantian dari sumber dana dari APBD tiap tahunnya.
Spirit olahraga ini terukir dari kelas bawah hingga internasional, yang mana dari kabupaten kota ada kegiatan Porkot,dari Porkot akan naik ke PORPROP serta PON dan bahkan ASEN games dan olimpiade dunia.
Mulai dari kelas kabupaten lah , KONI berdiri untuk menyaring bibit atlit berbagai cabor dari desa kelurahan serta kecamatan yang usia produktif seperti pelajar SMP dan SMA bahkan SD.
Tapi tidak Semua yang mencari bibit atlit itu bisa dilakukan oleh masyarakat melalui peran cabor masing masing bidang olahraga.
Olahraga yang paling diminati saat ini adalah bola kaki dan bola volley,ditiap desa dan kelurahan sering kelompok pemuda melaksanakan open turnamen volley namun tidak diusia produktif hanya sekedar berbuat supaya olahraga itu hidup.
Karena KONI hanya ada di kabupaten dan kota, sedangkan untuk desa dan kelurahan tidak ada ranting atau anak cabang dari KONI yang duduk di desa itu.
Sehingga masyarakat tidak terpikirkan untuk menjaring bibit bibit yang berbakat,dan kelompok penyelenggara hanya mengundang tim dari usia yang tidak produktif lagi sekedar memeriahkan.
Salah satunya kegiatan open turnamen di Resang cup 2 yang bermula dari bulan September hingga Oktober 2025, panitia nya hanya membuka kelas usia tidak produktif namun tiap desa kelurahan di lingga bebas mengantar kan ke perlombaan usia bebas untuk hiburan semata.
Hal ini sebagaimana di kabar kan oleh masyarakat Resang ketika mengadakan sembang sembang ringan seputar pelaksanaan open turnamen tersebut bulan September 2025.
Pemain tim hanya memperebutkan hadiah Jutaan yang telah disiapkan oleh panitia,dan tiap tim di kemakan beban ongkos yang harus tim bayar ke panitia pelaksana.
Walaupun tidak ada penyaringan bibit bibit atlet yang berpotensial,setidaknya desa dan panitia telah berupaya agar olah raga seperti volley bal dan bola kaki harus hidup ditiap tiap desa yang ada di lingga.