Inhil Riau, September 2025.
“Pemborong di PT pulau burung ini tau nya menghisap darah kariyawan nya aja ungkap di media sosial khusus FB.
Dengan membuat harga bon yang tak masuk akal dan logika dua atau tiga kali lipat dalam satu barang yang di bonn kan” ,inilah suara jeritan buruh di pabrik.
Tahun 2004 di PT.RSUP Industry pulau burung hanya ada 3 orang pemborong handal yaitu Jasri,tongkong dan Muhawam.
Dan ketika itu buruh pabrik kelapa hibrida masih merasa upahnya sangat sesuai walaupun kecil dengan kebutuhan sehari hari,dan buruhnya bebas mau mengkasbon di kedai mana saja untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya.
Dan tiap dua Minggu sekali,para buruh mendapatkan upah hasil kerjanya,namun pemborong tidak pernah menekan buruh harus mengkasbon ke pemborong.
Dan setelah mengalami kemajuan yang pesat di pulau burung,maka banyak lah bermunculan pemborong pemborong baru sebagai subcon dari PT RSUP industry.
Dan hal mengkasbon telah berjalan beberapa tahun lamanya, yang mana buruh pun tidak berdaya untuk melawan hanya bertahan untuk bekerja menghidupkan keluarga,jika mau bertahan lama ikuti aturan dari pemborong.
Yang anehnya lagi,bahwa APD dan perlengkapan kerja itu tidak gratis dan di potong tiap gajian, seharusnya pihak perusahaan lah yang akan menanggung semua alat pelindung diri.
Satuan pembela buruh seperti Serikat pekerja pun tidak berani membela buruh dalam kebenaran,karena pengurus serikat pekerja di PT RSUP industry adalah buruh juga.
Sehingga,ketika ada masalah dengan buruh mau tak mau pengurus serikat hanya dapat melihat dan aksi untuk membela buruh yang terlindas dengan kekuatan dari perusahaan dan pemborong.
Mulai tahun 2003 hingga sekarang,media ini tetap memperhatikan dan mengawasi pulau burung yang memiliki beragam konflik dingin masyarakat, apa lagi buruh yang bekerja di PT RSUP industry yang kian hari tidak mendapatkan perlindungan ketika ada persoalan yang di hadapi.
Dalam kisah lain,mantan buruh pernah berujar,ketika ada pemeriksaan khusus di PT RSUP industry,maka seluruh buruh di ajar berbohong yang mana semua perlengkapan kerja diberikam oleh perusahaan secara gratis.
Namun pada kenyataannya dilapangan,bahwa semua perlengkapan kerja itu dibeli oleh buruh melalui utang dulu,dan ketika gajian langsung di potong oleh pemborong dengan harga yang pantastis
Hal ini pon turut di benarkan oleh salah satu ketua RT di pulau burung, yang mana sampai sekarang persoalan kasbon buruh sangat mengancam hasil kerjanya,namun siapa yang mau peduli dengan buruh.?
Ungkap ketua RT tersebut,karena jika ada yang mengusik kebenaran yang disampaikan oleh buruh di pulau burung terhadap pemborong maka pemborong tidak segan akan bertindak.
Di bawah ini adalah cuitan dari beberapa buruh yang bekerja di PT RSUP industry terhadap pemborong,namun kepedulian terhadap buruh masyarakat dan pejabat pemerintah kabupaten Inhil tidak berani menolong nya nasib perburuhan dipulau burung.
“Kalian pemborong tak tau sakit nya kerja di PT ini kayak mana sampai ada putus tangan nya dan jari nya demi memikirkan hutang bonn yang kalian buat…!
“orang merantau kerja di pulau burung ini untuk cari uang agar bisa menghidupi keluarga nya bukan cari matii dengan cara kalian ini. .?